Selasa, 12 Juni 2012

KATA BIJAK KEHIDIPAN




kata-kata bijak


  • Setiap saat dalam hidupmu adalah ibarat gambar yang belum pernah terlihat, dan gambar yang tidak akan pernah terlihat lagi. Jadi, nikmati hidupmu dan jadikan setiap momen menjadi indah.
  • Jangan merusak apa yang kau miliki sekarang dengan mengejar sesuatu yang tidak mungkin kau miliki. Sebab, apa yang ada padamu saat ini bisa jadi merupakan salah satu dari banyak hal yang paling kau impikan.
  • Jika kamu berdoa, jangan meminta kehidupan yang mudah, tetapi mintalah kepada tuhan untuk menjadikanmu pribadi yang kuat.
  • Hidup itu seperti mengendaradi sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, sepeda harus terus berjalan. Demikian pula hidup ini.
  • Rayakanlah setiap hari dalam hidupmu karena sesungguhnya hari esok akan datang sangat cepat.
  • Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup sebab pendidikan yang sesungguhnya adalah kehidupan itu sendiri.
  • Tidak ada hal yang lebih lembut dari kekuatan, dan tidak ada hal yang lebih kuat dari kelembutan.
  • Orang bebal selalu mengira bahwa tuhan ada di sampingnya. Sebaliknya, orang bijak selalu berusaha mendekatkan diri kepada tuhan.
  • Senyuman merupakan hal kecil yang dapat membuat hidup ini menjadi lebih mudah.
  • Hidup melalui jalan tanpa hambatan sangat jarang berujung pada kesuksesan.
  • Kesenanagan terbesar dalam hidup ini adalah melakukan hal, dimana orang lain menganggap bahwa kita tidak mampu melakukan hal tersebut.


  • “Alasan kenapa seseorang tak pernah meraih cita-citanya adalah karena dia tak mendefinisikannya, tak mempelajarinya, dan tak pernah serius berkeyakinan bahwa cita-citanya itu dapat dicapai” (Dr Denis Waitley, pakar motivasi dan penulis buku-buku self-help)
  • “Saya memiliki tiga harta. Jaga dan peliharalah: cinta yang dalam, kesederhanaan, ketidakberanian memenangkan dunia. Dengan cinta yang dalam, seseorang akan jadi pemberani. Dengan kesederhanaan, seseorang akan menjadi dermawan. Dengan ketidakberanian memenangkan dunia, seseorang akan menjadi pemimpin dunia” (Lao-tzu, Filsuf China)
  • “Anda harus melakukan sesuatu yang Anda pikir tak akan bisa Anda lakukan” (Eleanor Roosevelt, mantan Ibu Negara AS)
  • “Keyakinan merupakan suatu pengetahuan di dalam hati, jauh tak terjangkau oleh bukti” (Kahlil Gibran, Pujangga)
  • “Orang yang terlalu sibuk sangat jarang bisa mengubah pendapatnya” (Friedrich Nitezche (1844-1900), filsuf Jerman)
  • “Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang Anda miliki, bukan pula berasal dari siapa diri Anda, atau apa yang Anda kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran Anda” Dale Carnegie (1888–1955), Pakar Motivasi-Penulis AS
  • “Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi Anda rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya”
  • (Lance Armstrong, Mantan Atlet Balap Sepeda AS)
  • “Suatu pekerjaan yang paling tak kunjung bisa diselesaikan adalah pekerjaan yang tak kunjung pernah dimulai” (JRR Tolkien, penulis Novel The Lord of the Rings)
  • Sedikit orang kaya yang memiliki harta. Kebanyakan harta yang memiliki mereka –Robert G. Ingersoll
  • Hidup manusia penuh dengan bahaya, tetapi justru di situlah letak daya tariknya –Edgar Alnsel Mowrer
  • Orang termiskin yang aku ketahui adalah orang yang tidak mempunyai apa-apa kecuali uang. John D.Rockefeller
  • Realitas selalu lebih konservatif daripada ideologi — Raymond Aron
  • Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. – Thomas Alva Edison
  • Jadilah diri anda sendiri. Siapa lagi yang bisa melakukannya lebih baik ketimbang diri anda sendiri? – Frank Giblin, Ii
  • Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. – Confusius
  • Kesempatan anda untuk sukses di setiap kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa besar kepercayaan anda pada diri sendiri. – Robert Collier
sukses dalam cobaanKetika kita ditimpa musibah, bencana, atau keadaan yang sulit, banyak dari kita yang meratapi nasib dan menyalahkan Tuhan.
Kenapa harus saya yang mengalami ini?
Kenapa bukan orang lain saja?
Apa salah saya hingga Tuhan membiarkan saya mengalami musibah ini?
Bagaimana bisa melanjutkan hidup dalam keadaan seperti ini?
Mengapa hidup orang lain tampak begitu mulus dan mudah? Tuhan tidak adil!
Depresi, kecewa, dan putus asa menghantui diri kita. Namun, jika mau berpikir kembali, bijaksanakah kita kalau selalu menyalahkan keadaan? Apakah masalah akan selesai jika hanya menyalahkan keadaan?
Tidak ada suatu apapun yang kebetulan di dunia ini. Segalanya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Sekecil apapun kejadian itu, tentu merupakan kehendak-Nya. Tuhan selalu punya alasan mengapa Dia memberikan keadaan demikian kepada kita. Cermati, sesungguhnya Tuhan ingin Anda mempelajari hikmah dari kejadian tersebut.
Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hamba-Nya. Karena itu, percayalah. Mengapa Tuhan memilih Anda untuk menjalani keadaan sulit yang Anda rasakan, adalah karena Tuhan tahu bahwa Anda mampu melewatinya. Jika orang lain yang mengalami apa yang Anda alami, belum tentu mereka bisa sekuat Anda saat ini.
Setiap kesukaran yang kita alami adalah semata-mata kesempatan untuk mengasah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Seorang sarjana bekerja sebagai pegawai kantoran dengan gaji tiga juta per bulan. Di lain pihak, seorang berijazah SMP mampu menghidupi keluarga lewat usaha tambak ikan dengan penghasilan berkali lipat. Ya, kesulitan memperoleh pekerjaan sering kali membuat kita berpikir lebih keras, bagaimana cara memperoleh uang. Jika setiap masalah kita hadapi dengan pikiran positif, tentu hasil yang positif juga akan kita dapatkan.
Hidup adalah untuk menyelesaikan masalah. Meski tampak bahagia di luar, setiap orang pasti memiliki masalah sendiri. Ada seorang gadis berparas cantik dari keluarga berkecukupan. Apapun yang ia inginkan hampir selalu didapatkannya. Ia memiliki kekasih yang tampan dan perhatian, di samping masih banyak pria lain yang juga memujanya. Bahagiakah hidupnya? Tidak! Kedua orang tuanya telah lama bercerai, jika bertemu pun sikapnya seperti kucing dan anjing. Masing-masing telah menikah lagi. Tak ingin memilih salah satu pihak, akhirnya si gadis dan adiknya yang masih SMA, memilih untuk tinggal berdua saja.
Coba Anda tengok orang-orang yang tampak bahagia. Pasti akan Anda temukan satu sisi yang membuat orang itu merasa hidupnya tidak sempurna. Begitu pun dengan diri Anda sendiri. Jika saat ini Anda merasa punya masalah, selesaikanlah dengan tawakal tanpa pernah mengeluh. Itulah ujian yang Tuhan berikan sesuai dengan porsi kemampuan Anda.
Semoga bermanfaat.
***
Ramadhani Ray
Depok, 26122011
Sahabat, ujian dan cobaan adalah cara Tuhan agar membuat kita kuat. Sebagaimana kerasnya berlian, adalah hasil dari tempaan-tempaan keras yang diperlakukan terhadapnya. Mari kita nikmati proses yang sedang berjalan ini, agar kita.

7 langkah agar kita mencapai potensi hidup yang maksimal

Setiap orang mendambakan masa depan yang lebih baik ; kesuksesan dalam karir, rumah tangga dan hubungan sosial, namun seringkali kita terbentur oleh berbagai kendala. Dan kendala terbesar justru ada pada diri kita sendiri. Melalui karyanya, Joel Osteen menantang kita untuk keluar dari pola pikir yang sempit dan mulai berpikir dengan paradigma yang baru. Ada 7 langkah agar kita mencapai potensi hidup yang maksimal : 
  • Langkah pertama adalah perluas wawasan. Anda harus memandang kehidupan ini dengan mata iman, pandanglah dirimu sedang melesat ke level yang lebih tinggi. Anda harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang akan Anda raih. Gambaran ini harus menjadi bagian dari dirimu, didalam benakmu, dalam percakapanmu, meresap ke pikiran alam bawah sadarmu, dalam perbuatanmu dan dalam setiap aspek kehidupanmu. 
  • Langkah ke dua adalah mengembangkan gambar diri yang sehat. Itu artinya Anda harus melandasi gambar dirimu diatas apa yang Tuhan katakan tentang Anda. Keberhasilanmu meraih tujuan sangat tergantung pada bagaimana Anda memandang dirimu sendiri dan apa yang Anda rasakan tentang dirimu. Sebab hal itu akan menentukan tingkat kepercayaan diri Anda dalam bertindak. Fakta menyatakan bahwa Anda tidak akan pernah melesat lebih tinggi dari apa yang Anda bayangkan mengenai dirimu sendiri
  • Langkah ke tiga adalah temukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataanmu. Target utama serangan musuh adalah pikiranmu. Ia tahu sekiranya ia berhasil mengendalikan dan memanipulasi apa yang Anda pikirkan, maka ia akan berhasil mengendalikan dan memanipulasi seluruh kehidupanmu. Pikiran menentukan prilaku, sikap dan gambar diri. Pikiran menentukan tujuan. Alkitab memperingatkan kita untuk senantiasa menjaga pikiran. 
  • Langkah ke empat adalah lepaskan masa lalu, biarkanlah ia pergi... Anda mungkin saja telah kehilangan segala yang tidak seorangpun patut mengalaminya dalam hidup ini. Jika Anda ingin hidup berkemenangan , Anda tidak boleh memakai trauma masa lalu sebagai dalih untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk saat ini. Anda harus berani tidak menjadikan masa lalu sebagai alasan atas sikap burukmu selama ini, atau membenarkan tindakanmu untuk tidak mengampuni seseorang. 
  • Langkah ke lima adalah temukan kekuatan di dalam keadaan yang paling buruk sekalipun Kita harus bersikap :" Saya boleh saja terjatuh beberapa kali dalam hidup ini, tetapi tetapi saya tidak akan terus tinggal dibawah sana." Kita semua menghadapi tantangan dalam hidup ini . KIta semua pasti mengalami hal-hal yang datang menyerang kita. Kita boleh saja dijatuhkan dari luar, tetapi kunci untuk hidup berkemenangan adalah belajar bagaimana untuk bangkit lagi dari dalam.
  • Langkah ke enam adalah memberi dengan sukacita. Salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi adalah godaan untuk hidup mementingkan diri sendiri. Sebab kita tahu bahwa Tuhan memang menginginkan yang terbaik buat kita, Ia ingin kita makmur, menikmati kemurahanNya dan banyak lagi yang Ia sediakan buat kita, namun kadang kita lupa dan terjebak dalam prilaku mementingkan diri sendiri. Sesungguhnya kita akan mengalami lebih banyak sukacita dari yang pernah dibayangkan apabila kita mau berbagi hidup dengan orang lain.
  • Langkah ke tujuh adalah memilih untuk berbahagia hari ini. Anda tidak harus menunggu sampai semua persoalanmu terselesaikan. Anda tidak harus menunda kebahagiaan sampai Anda mencapai semua sasaranmu. Tuhan ingin Anda berbahagia apapun kondisimu, sekarang juga !

Tujuan Hidup Kita

”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Q.S. 20: 14) Sejak kecil aku sering mendengar bahwa shalat adalah amalan pertama yang akan dihisab (diperiksa) oleh Allah di akhirat nanti. Jika shalat itu baik, amalan yang lain tidak perlu diperiksa lagi, tetapi jika shalat itu buruk, amalan yang lain pun pasti buruk. Lalu aku bertanya, bagaimana dengan shalatku? Shalat yang baik itu yang seperti apa? Aku pun sering mendengar bahwa Neraka Wail itu diperuntukkan Allah buat orang-orang yang shalatnya tidak khusyu. Lalu aku bertanya, apa sesungguhnya shalat khusyu itu? Siapa yang dapat mengajarkan kepadaku shalat khusyu itu? Aku sering mendengar bahwa intisari shalat adalah ingat kepada Allah. Sejujurnya, aku mengakui bahwa ketika shalat aku lebih banyak ingat kepada selain Allah. 

Aku ingat permasalahan hidupku, aku ingat anak istriku, aku ingat keluargaku, aku ingat teman-teman dekatku, aku ingat pekerjaanku, aku ingat rumahku, aku ingat mobilku, aku ingat kebutuhan-kebutuhanku, aku ingat segala rencanaku, aku ingat semuanya, bahkan apa yang tidak aku ingat ketika tidak sedang shalat, semuanya menjadi aku ingat ketika aku shalat. Aku pun kadang-kadang tidak ingat terhadap bacaan shalat yang aku baca. Aku tidak sadar terhadap apa yang aku baca dalam shalat. Aku tidak mengerti, dengan siapa aku berdialog ketika shalat. Jadi, kalau begitu aku telah kehilangan intisari shalat, yakni ingat kepada Allah. Mengapa hal ini terjadi pada diriku? Aku sering mendengar Nabi Muhammad saw. mengatakan bahwa hiburan beliau ada di dalam shalat. Artinya, beliau merasakan nikmat ketika sedang shalat.

Aku mengalami hal yang berbeda. Aku merasakan nikmatnya shalat, justru ketika aku sudah selesai shalat. Bukan ketika aku sedang shalat. Aku bertanya, apa sesungguhnya nikmat yang aku rasakan itu? Jangan-jangan, kenikmatan yang aku rasakan itu adalah karena aku baru gugur dari kewajiban shalat. Kadang-kadang shalatku begitu tergesa-gesa aku lakukan, mungkin hal ini dikarenakan aku tidak merasakan kenikmatan apa yang Nabi Muhammad saw. rasakan ketika beliau sedang shalat. Bahkan, sejujurnya aku tidak merasakan apa-apa dalam shalatku. Mengapa hal ini terjadi pada diriku? Aku merasa tidak enak ketika meninggalkan shalat. Lalu aku bertanya pada diriku, apa sebenarnya rasa tidak enak yang terjadi pada diriku itu? Apakah karena aku biasa shalat, lantas ketika tidak shalat aku merasa tidak enak? Sejujurnya, aku mengakui bahwa perasaan tidak enak yang aku rasakan ketika meninggalkan shalat, semata-mata karena aku kehilangan kebiasaan, bukan karena aku telah merasakan nikmatnya shalat. Kadang-kadang aku menyadari bahwa aku melakukan shalat karena orang-orang di sekitarku shalat.

 Aku belum merasakan bahwa shalat adalah aktivitas yang aku rindukan kehadirannya karena aku belum merasakan nikmat shalat yang sesungguhnya. Aku ingin membebaskan diriku dari shalat yang hanya terjebak oleh kebiasaan. Aku ingin menjalankan shalat sebagai kebutuhan utamaku. Aku ingin merasakan nikmat shalat. Aku menyaksikan banyak orang yang shalat, tetapi shalatnya itu tidak mampu mengubah perilakunya. Padahal, aku sering mendengar, shalat itu seharusnya dapat mencegah seseorang dari perilaku keji dan munkar. Aku mengamati dengan sejujurnya lingkungan di sekelilingku. Aku terkejut ketika mendapati kesimpulan bahwa kebanyakan perilaku orang yang shalat dengan yang tidak shalat tidak ada bedanya. Mengapa hal ini terjadi? Aku yakin, Nabi Muhammad saw. telah mewariskan tata cara shalat yang dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam al-Quran. Kepada siapa aku harus belajar shalat sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad saw.? Masih adakah para pewaris ilmu sejati Nabi Muhammad saw.? Hal yang sama terjadi juga pada diriku.

Aku tidak merasakan perbedaan antara aku shalat dengan aku tidak shalat, dengan ilmu tentang shalat yang aku miliki saat itu. Aku tahu dari sejarah Islam bahwa Nabi Muhammad mendapatkan perintah shalat setelah beliau bertemu dengan Allah, melalui suatu peristiwa yang aku kenal dengan peristiwa Isra dan Mikraj. Lantas aku merenung, kalau begitu Nabi Muhammad bisa ingat kepada Allah karena beliau telah bertemu dengan Allah. Aku menyadari bahwa tidaklah mungkin aku dapat mengingat sesuatu yang belum aku tahu. Nabi Muhammad sudah mengetahui dan mengenal Allah sehingga beliau dapat mengingat-Nya. Oleh karena itu, pantas shalatnya selalu khusyu karena beliau menyembah yang beliau tahu.

Aku menyadari bahwa selama ini diriku menyembah Tuhan yang tidak aku ketahui. Berbeda sekali dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad yang tercinta. Ya Allah, sampaikan salamku pada Nabi Muhammad saw. yang aku cintai. Pantas sekali kalau aku selama ini tidak dapat mengingat Tuhanku selama aku shalat. Dalam shalat, aku selalu mengingat segala sesuatu selain Allah karena aku tidak mengenal Allah. Pantaskah diriku mengaku sebagai umat Nabi Muhammad saw.? Padahal, aku belum bisa mencontohnya. Ketika shalat, Nabi Muhammad saw. menyembah atau mengingat yang beliau tahu, sedangkan diriku menyembah atau mengingat yang aku tidak tahu. Nabi Muhammad saw. shalatnya khusyu, sedangkan aku selalu melalaikan dan melupakan yang aku sembah. Astaghfirullaahal ’azhiim; Tuhan, ampunilah kelalaianku ini, jangan Kau biarkan diriku berada dalam kegelapan. Aku telah Kau anugerahi nikmat-nikmat yang tiada terhingga, sementara aku tidak secara lurus menyembah kepada-Mu. Nabi Muhammad saw. bertemu dahulu dengan Allah, kemudian beliau menyembah-Nya, sedangkan aku tidak demikian.

Aku menyadari bahwa shalatku baru meniru Nabi Muhammad saw., bukan meneladaninya. Bukankah hasil tiruan adalah barang palsu? Jangan-jangan, shalatku baru sebatas meniru. Ya Allah, ampunilah kelalaianku ini. Ya Allah, ampunilah ketidaktahuanku dan kebodohanku ini. Tunjukkanlah aku kepada seseorang yang dapat mengajarkan shalat, sebagaimana Nabi Muhammad shalat. Pertemukanlah aku dengan para pewaris ilmu sejati Nabi Muhammad yang aku cintai. Tuhan, jangan Kau biarkan diriku dalam kegelapan dalam menyembah-Mu. Jangan Kau biarkan batinku menghadap kepada wajah selain-Mu dalam shalat. Tuhan, karuniakanlah kenikmatan shalat kepadaku, sebagaimana telah Engkau karuniakan nikmat tersebut kepada para nabi, para shidiqin, para syuhada, dan para shalihin. Maafkanlah aku, maafkanlah shalatku, maafkanlah ketidaktahuanku. Janganlah Kau hukum aku.

Tatap masa depan

Tatap masa depan!” begitu Luqman pernah dinasihati ketika ia putus asa karena utangnya yang menggunung. Luqman merasa hidupnya sangat sempit, disempitkan oleh kesalahan dan dosanya sendiri. Luqman nyaris frustrasi dan menganggap bahwa dirinyalah satu-satunya manusia yang paling menderita. Namun, dengan motivasi dari satu-dua sahabat, ia pun pulih dan bisa tegar untuk merajut masa depan yang cerah. Luqman disadarkan bahwa dunia itu kecil, jadi masalah juga kecil. Caranya? Pikirkan saja kebesaran dan kekuasaan Allah. Lagipula, tidak ada seorang pun yang tidak memiliki masalah.

Semua orang memiliki masalah dengan keragamannya masing-masing. Kita tidak pernah sendirian bergelut dengan masalah. Masalahnya sekarang, bukan seberapa buruk masa lalu, melainkan seberapa indah masa depan yang akan dibangun. Sudahlah, dosa tinggal dosa. Masalah tinggal masalah. Siapa, sih, yang tidak pernah berbuat dosa? Siapa juga yang tidak pernah punya masalah? Psstt … lepaskan semua, biarkan saja ia menjadi urusan Allah. Ketika kita menyerahkan setumpuk masalah kepada Allah, Dia hanya meminta kita tawakal. Kita istirahatkan hati untuk mencari solusi. Kita pinggirkan akal pikiran dan nafsu yang justru sering membenamkan kita.

Kita gunakan potensi Sang Pencipta. Pokoknya, kita pasrahkan saja bagaimana kejadiannya nanti di tangan-Nya. Kepasrahan itu harus kita bangun secara total, selaras dengan pengajuan ampunan dan permintaan maaf. Setelah itu, lupakan masalah, lupakan dosa. Kita sudah menyerahkannya kepada Allah. Memang, pasrah ini biasanya ada di ujung penghabisan kemampuan manusiawi. Contohnya Siti Hajar. Dalam kepasrahannya, ia tetap berusaha ikhtiar mencari mata air walaupun secara akal hampir mustahil. Akan tetapi, kepasrahaan beliau tidak duduk termenung menunggu nasib. Beliau pasrah secara total dengan tetap berusaha dan berikhtiar. Hal yang tidak kalah penting, ketika hidup kita bermasalah, sesungguhnya Allah sedang me-recovery diri kita. Maka, jagalah diri. Jangan lagi terjebak “lagu lama” dengan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama. Kalau tidak, hal itu sama artinya dengan “ngerjain” Sang Maha. Padahal, Allah itu hanya akan menolong apabila kita membuat diri kita pantas untuk ditolong.